Connect with us

Regional

Apostrap Bagaikan Pelangi Setelah Hujan Bagi Warga Pasir Putih Karawang

Published

on

KARAWANG – Keceriaan dua anak yang tengah asyik bermain pasir di pesisir Dusun Pasir Putih Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat jadi momen indah yang harus terus dijaga.

Gurauan dan ocehan anak kecil tersebut saat bermain dengan ombak yang menghampiri di bibir pantai menjadi bukti nyata jika mereka memang tengah merasa bahagia menikmati bermain di pantai.

Melihat keceriaan dua anak kecil itu, Suhaeri ‘Sang Super Hero’ tentunya merasa bahagia dan terharu, karena upayanya yang tak kenal lelah mengembalikan daratan pesisir Karawang yang sempat dihantam abrasi membuahkan hasil dengan melihat senyuman para generasi penerus bangsa tersebut.

Meskipun upayanya menjaga daratan pesisir Karawang diawali dengan kebohongannya kepada sang istri, dimana Suhaeri ijin kepada sang istri untuk melaut namun nyatanya Suhaeri malah menanam pohon mangrove disepanjang pesisir pantai.

Namun akhirnya Suhaeri pun jujur kepada sang istri tentang keinginannya untuk berupaya mencegah abrasi dengan menanam pohon mangrove dan niat baik itu disambut positif oleh sang istri.

Berkat dukungan sang istri, sekitar delapan tahun lalu, Suhaeri mengubah kebiasaannya. Dari sebelumnya selalu melaut untuk mencari rajungan, berubah menjadi berkeliling ke pekarangan warga, untuk mengumpulkan bibit mangrove liar.

Bibit tersebut selanjutnya ditanam di bibir pantai yang sebenarnya penuh dengan lumpur. Tidak tanggung-tanggung, saat itu ia menanam sekitar 20 bibit tanaman mangrove setiap hari.

Sekitar setahun kemudian bibit tanaman mangrove yang ditanamnya ternyata banyak yang hidup, meski ada juga yang mati. Kondisi itu kemudian menjadi contoh, dan warga setempat akhirnya ikut bersama-sama menanam mangrove di daerahnya.

Ketika itu ia tidak sepenuhnya puas atas jerih payahnya, sebab kawasan mangrove yang ditanam olehnya hanya menumbuhkan daratan yang berlumpur.

Atas hal tersebut, dilakukan upaya lain untuk menahan abrasi dan gelombang tinggi, yakni dengan melakukan turap menggunakan ban bekas yang dikombinasikan dengan bambu.

Keinginannya untuk menumbuhkan daratan baru di depan kawasan tanaman mangrovenya terdengar oleh Tim PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) yang memang fokus menyalurkan CSR di wilayah pesisir utara Karawang.

Untuk memunculkan daratan baru, Suhaeri telah membuat turap dengan menggunakan ribuan ban sepeda motor dan mobil. Penggunaan turap menggunakan ban bekas ini dikombinasikan dengan bambu.

Turap dari ban bekas ini diistilahkan sebagai alat penahan dan peredam ombak sedimentasi trap (apostrap).

Community Development Officer PHE ONWJ, Iman Teguh, mengatakan pihaknya berkomitmen menjalankan bisnis secara berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip environmental, social and governance. Atas hal itulah, Pertamina andil dalam mengatasi permasalahan abrasi di wilayah pesisir utara Karawang, salah satunya dengan menciptakan apostrap.

Apostrap ini ialah berupa rangkaian empat buah ban bekas yang diikat menjadi segi empat atau membentuk sebuah kubus. Kemudian dipasang di bibir pantai, dirangkai antara apostrap yang satu dengan yang lainnya, ditahan dengan bambu hingga sampai akhirnya menjadi susunan apostrap di sepanjang bibir pantai.

Alat itu disebutkan berfungsi untuk meredam gelombang dan menangkap sedimentasi lumpur yang dibawa gelombang dan terperangkap dalam apostrap.

Jadi, apostrap ini hanya rangkaian ban bekas yang dibentuk persegi empat. Saat apostrap sudah tersusun dan memanjang di bibir pantai, maka ombak yang masuk ke apostrap akan terpecah hingga daya dorongnya semakin kecil ketika masuk semakin dalam. Lalu sedimentasi bekas terumbu karang akan tertahan oleh apostrap.

Jadi, setelah sebelumnya menanam bibit tanaman mangrove, Suhaeri dan kawan-kawannya melanjutkan aksinya dengan mengangkat sedimentasi terumbu karang yang terbawa gelombang atau ombak melalui apostrap.

Hasil dari buah konsisten mencegah abrasi, kini ada sabuk hijau di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon yang disusul dengan munculnya daratan berkat apostrap.

Kawasan tersebut kini menjadi salah satu destinasi wisata di Karawang, dan ramai dikunjungi wisatawan setiap akhir pekan, karena biaya tiket masuknya yang murah meriah, hanya Rp5.000 per orang.

Upaya BUMN itu pun tidak berhenti di situ. Untuk mendukung kawasan wisata mangrove dan kemandirian ekonomi warga setempat, dilakukan pemberdayaan masyarakat dengan menumbuhkan UMKM yang memproduksi aneka makanan dengan bahan baku rajungan dan mangrove diantaranya kerupuk rajungan, pempek rajungan, dodol dari buah mangrove, minuman dari sari buah mangrove dan lain-lain.

Berputarnya roda ekonomi masyarakat Dusun Pasir Putih dan terciptanya daratan usai dihantam abrasi bagaikan pelangi setelah hujan dengan penemuan alat bernama apostrap. (red)

Facebook

Pos-pos Terbaru

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement