Connect with us

Nasional

Nadiem Khawatir Potensi “Learning Loss” Pada Siswa

Published

on

INFOKA.ID – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan masih banyak sekolah yang belum menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) meski sebenarnya sudah siap melaksanakannya.

Nadiem khawatir banyaknya sekolah yang belum menggelar PTM akan berpengaruh pada hilangnya kemapuan akademi atau learning loss pada sebagian besar siswa.

“Saya lebih khawatir bahwa hanya 40 persen dari pada sekolah kita yang bisa melakukan PTM saat ini, baru melakukan PTM. Jadi ada 60 persen sekolah kita yang sebenarnya sudah boleh melakukan PTM yang belum,” kata Mendikbudristek Nadiem dalam konferensi pers hasil ratas PPKM, Senin (27/9/2021).

Kekhawatiran Nadiem itu didasari bahwa data Bank Dunia dan berbagai riset yang melaporkan adanya potensi learning loss atau kemunduran proses akademik lantaran masih banyak dilakukannya pembelajaran daring.

Nadiem secara khusus menyoroti pentingnya pembelajaran secara langsung terutama bagi anak-anak di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD).

“Bahwa kalau sekolah-sekolah ini tidak dibuka dampaknya bisa permanen. Jadi ini merupakan suatu hal yang lebih mencemaskan buat kami adalah seberapa lama anak-anak sudah melaksanakan PJJ yang jauh di bawah efektivitas sekolah tatap muka,” tegasnya.

“Bahwa kalau sekolah-sekolah ini tidak dibuka, dampaknya bisa permanen. Jadi ini merupakan suatu hal yang lebih mencemaskan buat kami adalah seberapa lama anak-anak sudah melaksanakan pembelajaran jarak jauh yang jauh di bawah efektivitas sekolah tatap muka,” katanya.

Bank Dunia dalam riset yang dirilis tahun lalu memperkirakan kegiatan belajar daring atau online dapat mempengaruhi pendapatan siswa di masa depan. Rata-rata pendapatan siswa di wilayah Asia Timur dan Pasifik berpotensi hilang US$865 atau setara Rp12,72 juta per tahun saat bekerja.

“Ini setara dengan pengurangan, rata-rata sebesar empat persen dari pendapatan yang diharapkan per tahun jika pandemi Covid-19 tak terjadi,” kata Bank Dunia dalam Laporan untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober 2020.

Dalam kesempatan tersebut dia juga kembali meluruskan bahwa kabar soal 2,8 persen sekolah telah menjadi klaster Covid-19 selama PTM adalah miskonsepsi.

Nadiem menegaskan bahwa angka tersebut adalah data kumulatif dari seluruh masa terjadinya pandemi Covid-19 bukan dari satu bulan terakhir saat PTM terjadi.

Selain itu, dia menyebut kabar yang menyebutkan 15.000 murid dan 7.000 guru positif COVID-19 sebenarnya berdasarkan laporan data mentah yang memiliki banyak sekali kesalahan.

Salah satu contoh kesalahan adalah bagaimana banyak yang melaporkan jumlah kasus positif yang justru melebihi jumlah murid yang berada di sekolah-sekolah tersebut. (*)

Sumber: Antara

Facebook

Pos-pos Terbaru

Advertisement
Advertisement