Connect with us

Regional

Pencipta Daratan Baru di Pesisir Utara Karawang Muncul Dari PHE ONWJ Bernama Apostrap

Published

on

KARAWANG-PESISIR pantai di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, tak lagi jadi tempat yang tak mengasikan sejak Suhaeri membenahi kerusakan abrasi pada 2016.

Saban pagi, siang dan sore, ada saja tawa riang warga di wilayah pesisir laut utara kota padi itu. Suhaeri, sosok seorang pencari rajungan mengubah wilayah abrasi tersebut Kembali menjadi daratan pantai dari abrasi.

Apa yang dilakukan Suhaeri ini membenahi kerusakan alam laut bukan perkara mudah. Bagaimana tidak, mengalawali aktivitasnya membenahi abrasi, Suhaeri berupaya seorang diri bermodalkan tekad dan sumberdaya yang ala kadarnya. Pernah pada prosesnya, ia justru dihadapkan dengan ketidakpuasan lantaran wilayah abrasi pantai yang dijadikan kawasan mangrove justru menjadi daratan pantai yang berlumpur.

Lalu bagaimana Suhaeri mendapatkan banyak sumberdaya untuk mengembalikan kawasan abrasi menjadi wilayah pantai kembali? Kepada infoka.id, Suhaeri mengatakan upaya ini pun menempuh proses yang panjang.

Awalnya, ia hanya mengumpulkan bibit mangrove liar untuk di ditanam di kawasan terdampak abrasi sebanyak 20 bibit setiap hari selama 2 bulan. Ia saat itu hanya mendapatkan dukungan dari sang istri. Belum ada warga setempat ikut serta membantu apa yang diupayakan Suhaeri.

Baru kemudian pada tahun pertama, pandangan warga terhadap upayanya berubah sejak bibit mengrove liar yang ditanamnya bertahan hidup dan mengubah sebagian lokasi abrasi menjadi kawasan kecil mangrove.

Pada momen itu, sumberdaya yang dibutuhkan Suhaeri pun sedikit demi sedikit menjadi besar lantaran warga ikut mencontoh apa yang dilakukan oleh Suhaeri.

Bibit mangrove yang tadinya hanya diperoleh secara liar tak lagi sulit didapat lantaran banyak warga yang memberi cuma-cuma. Tidak terkecuali soal upaya pencegahan abrasi yang kemudian diteruskan secara bersama-sama.

Kendati upaya pelestarian alam laut sudah dilakukan secara gotong royong oleh Suhaeri, namun kondisi alam tetap tidak bisa diprediksi. Metode pencegahan penanaman mangrove rupanya belum cukup menahan ganasnya gelombang laut yang terus menerus menggerus lokasi pantai Cilamaya Kulon ini. Upaya alternatif kemudian digagas kembali dengan metode berbeda.

Saat itu, Suhaeri menambah gagasan dengan berama sama membangun turap di bibir pantai dari bahan ban bekas yang dikombinasikan bambu. Lagi lagi upaya ini membuahkan hasil yang tidak memuaskan lantaran dampak abrasi masih meluas. Ketersediaan ban bekas dan bambu tidak dapat dipenuhi akibat anggaran yang terbatas.

Baru kemudian setelah upaya Suhaeri Bersama warga itu terdengar oleh Tim PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), upaya pencegahan abrasi untuk memunculkan daratan baru ini pun kembali menemukan titik terang. Melalui saluran CSR-nya, wilayah pesisir utara Karawang tersebut kembali disulap menjadi kawasan bebas abrasi dengan sumber dana yang memadai.

“Setelah ada bantuan CSR dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), alhamdulillah kami bisa maksimal melakukan upaya pelestarian alam yang terkena abrasi ini. Sekarang kami gunakan alat penahan dan peredam ombak sedimentasi trap (apostrap),” kata Suhaeri, tersenyum.

Community Development Officer PHE ONWJ, Iman Teguh, mengatakan pihaknya berkomitmen menjalankan bisnis secara berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip environmental, social and governance. Atas hal itulah, Pertamina andil dalam mengatasi permasalahan abrasi di wilayah pesisir utara Karawang, salah satunya dengan menciptakan apostrap.

Apostrap ini ialah berupa rangkaian empat buah ban bekas yang diikat menjadi segi empat atau membentuk sebuah kubus. Kemudian dipasang di bibir pantai, dirangkai antara apostrap yang satu dengan yang lainnya, ditahan dengan bambu hingga sampai akhirnya menjadi susunan apostrap di sepanjang bibir pantai.

Alat itu disebutkan berfungsi untuk meredam gelombang dan menangkap sedimentasi lumpur yang dibawa gelombang dan terperangkap dalam apostrap.

Jadi, apostrap ini hanya rangkaian ban bekas yang dibentuk persegi empat. Saat apostrap sudah tersusun dan memanjang di bibir pantai, maka ombak yang masuk ke apostrap akan terpecah hingga daya dorongnya semakin kecil ketika masuk semakin dalam. Lalu sedimentasi bekas terumbu karang akan tertahan oleh apostrap.

Jadi, setelah sebelumnya menanam bibit tanaman mangrove, Suhaeri dan kawan-kawannya melanjutkan aksinya dengan mengangkat sedimentasi terumbu karang yang terbawa gelombang atau ombak melalui apostrap.

Hasil dari buah konsisten mencegah abrasi, kini ada sabuk hijau di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon yang disusul dengan munculnya daratan berkat apostrap.

Kawasan tersebut kini menjadi salah satu destinasi wisata di Karawang, dan ramai dikunjungi wisatawan setiap akhir pekan, karena biaya tiket masuknya yang murah meriah, hanya Rp5.000 per orang.

Upaya BUMN itu pun tidak berhenti di situ. Untuk mendukung kawasan wisata mangrove dan kemandirian ekonomi warga setempat, dilakukan pemberdayaan masyarakat dengan menumbuhkan UMKM yang memproduksi aneka makanan dengan bahan baku rajungan dan mangrove diantaranya kerupuk rajungan, pempek rajungan, dodol dari buah mangrove, minuman dari sari buah mangrove dan lain-lain.

Berputarnya roda ekonomi masyarakat Dusun Pasir Putih dan terciptanya daratan usai dihantam abrasi bagaikan pelangi setelah hujan dengan penemuan alat bernama apostrap.(adv)

Facebook

Pos-pos Terbaru

Advertisement
Advertisement
Advertisement